Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Tokyo, Penantian Panjang Emas Paralimpiade Indonesia Berakhir

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Minggu, 05 September 2021, 01:52 WIB
Di Tokyo, Penantian Panjang Emas Paralimpiade Indonesia Berakhir
Emas pertama di Paralimpiade Tokyo 2020 sukses dipersembahkan Leani Ratri Oktila dan Khalimatus Sadiyah/Net
rmol news logo Sebuah kisah indah ditorehkan pasangan Leani Ratri Oktila/Khalimatus Sadiyah bagi Indonesia. Mereka sukses mengakhiri puasa medali emas Paralimpiade selama 4 dekade.

Pada partai final cabang para-badminton nomor ganda putri SL3-SU5 di Yoyogi National Stadium, Sabtu malam (4/9), Leani/Khalimatus yang berstatus unggulan pertama mengalahkan unggulan kedua asal China, Cheng Hefang/Ma Huihui, dalam dua gim langsung 21-18, 21-12.

Medali emas ini merupakan yang pertama untuk Merah Putih sejak Paralimpiade Arnhem 1980 di Belanda. Kala itu, tim Indonesia membawa pulang dua emas lewat Yan Soebiyanto dari cabang lawn bowls dan RS Arlen di angkat besi.

Bukan sebuah perjalan mudah bagi Leani/Khalimatus untuk bisa menyumbangkan medali emas bagi Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020. Terutama bagi Leani yang turun di tiga nomor sekaligus. Yakni ganda putri SL3-SU5 bersama Khalimatus, ganda campuran SL3-SU5 bersama Hary Susanto, dan tunggal putri SL4.

Hal ini berpengaruh terhadap jadwal pertandingan dihadapi Leani. Tercatat, Leani telah menjalani 10 pertandingan sejak para-badminton dimulai pada Rabu lalu (1/9).

Bahkan Leani sempat harus menjalani empat laga sekaligus dalam sehari.

Seperti yang dijalani Leani pada hari kedua cabang para-badminton, Kamis (2/9). Saat itu Leani harus menjalani 3 pertandingan beruntun di babak penyisihan grup.

Perjuagan Leani diawali dari nomor ganda putri dengan melawan wakil Thailand Nipada Saensupa/Chanida Srinavakul. Dilanjutkan dengan melawan rekan senegara Khalimatus Sadiyah pada nomor tunggal putri, dan diakhiri dengan menghadapi wakil Jerman di nomor ganda campuran bersama Hary Susanto.

Meski jeda antarlaga relatif singkat, namun atlet berusia 30 tahun itu tetap memperlihatkan dominasinya dengan memenangi seluruh laga tersebut dalam dua gim.

Hari berikutnya, Jumat (3/9), Leani harus menjalani dua laga dalam sehari. Bersama dengan Khalimatus, Leani menang mudah atas wakil tuan rumah Noriko Ito/Ayako Suzuki dengan skor 21-4, 21-8.

Ia pun mengalahkan pemain Prancis Faustine Noel dengan skor 21-12, 21-6 di nomor tunggal putri SL4 untuk memastikan satu tempat di semifinal.

Nah, sebelum memastikan emas di sektor ganda putri, Sabtu (4/9), Leani bekerja keras menjalani tiga pertandingan semifinal sekaligus dalam satu hari. Bahkan, pemain peringkat 1 dunia itu harus bertarung empat kali berturut-turut -termasuk final ganda putri.

Sejak menjalani laga pertama di pagi hari, Leani terus bertahan di Stadion Yoyogi sampai pukul 20.00 waktu setempat untuk melanjutkan pertandingan partai puncak ganda putri melawan unggulan kedua asal China Cheng Hefang/Ma Huihui.

Energinya sudah pasti lebih terkuras dibanding rekan-rekannya, namun Ratu para-bulutangkis Indonesia itu tak pernah mengendurkan semangatnya. Tekadnya yang kuat mampu membuat Stadion Yoyogi menjadi saksi bisu atas raihan sekeping emas bagi Merah Putih.

Hari ini, Minggu (5/9), Leani kembali berpeluang menambah perolehan medali emas bagi Indonesia. Ada 2 medali emas yang berpeluang diraihnya.

Leani akan bertanding di laga final nomor tunggal putri SL4 dan ganda campuran SL3-SU5 bersama Hary Susanto.

Di tunggal putri, Leani bakal menghadapi wakil China, Cheng Hefang. Di ganda campuran, Leani/Hary akan berjumpa wakil Prancis, Lucas Mazur/Faustine Noel. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA